LONDON - Vinton Gray “Vint” Cerf yang dijuluki sebagai ‘ayah-nya internet’, mengingatkan para ilmuwan bahwa dunia sudah di ambang kehabisan alamat internet.
Bila hal itu benar terjadi, diramalkan komputer tidak akan bisa lagi saling mengidentifikasi satu sama lain dan saling berkomunikasi.
Cerf yang merupakan ilmuwan terkemuka dari bidang komputer menyatakan, dunia bisnis dan konsumen membutuhkan sesegera mungkin pergantian alamat internet.
Sebagai informasi, setiap komputer dan peranti online didesain dengan masing-masing dipasangkan alamat Internet Protocol (IP) yang unik.
Menurut perkiraan persediaan nomor yang belum teralokasi akan segera habis dalam dua tahun ke depan. Padahal alamat IP merupakan hal yang sangat krusial untuk sebuah situs dan akan berimbas langsung ke dunia bisnis. Bila diandaikan, alamat IP adalah seperti alamat rumah.
Menanggapi kondisi ini, Cerf menegaskan bahwa inilah saatnya untuk mulai bersiap-siap, terutama bagi penyedia layanan internet. Jika tidak, komputer tidak akan bisa dipakai berselancar online lagi dan selanjutnya konektivitas internet akan musnah. Cerf juga menambahkan bahwa tidak akan sempat lagi bila memilih jalan transisi secara pelan-pelan.
“Kondisi ini seperti internet yang akan kehabisan nomor telepon, padahal tanpa nomor telepon baru itu berarti tidak ada lagi pertambahan pelanggan internet,” terang Cerf seperti dilansir Big News Network, Jumat (26/9/2008).
Cerf dan para koleganya menemukan sistem internet pada 1977 dan mereka menempatkan Internet Protocol version Four (Ipv4) dengan kapasitas 4,2 miliar alamat. Masing-masing IPv4 berseri 32 digit angka biner.
Menganut estimasi ketersediaan alamat IPv4 yang tersisa tinggal 14 persen, diprediksikan alamat tersebut akan habis di tahun 2010, dan mungkin juga akan lebih cepat di tahun depan, mengingat berkembangnya teknologi yang berkemampuan online, terutama ponsel mobile.
Untuk menenangkan suasana, beberapa ilmuwan mengklaim sudah mengembangkan sistem baru bertitel IPv6 yang dijanjikan sudah siap digunakan untuk sepuluh tahun ke depan. Tiap IPv6 mengandung 128 bit dan bisa menyediakan bertriliun-triliun alamat yang diyakini bisa memenuhi kebutuhan manusia generasi mendatang terhadap internet.
Kedua sistem protokol tersebut akan berjalan bersamaan dengan jaminan alamat berbasis IPv4 masih bisa digunakan. Namun bila IPv6 tidak diaplikasikan secara luas, maka mereka yang menggunakan IPv6 tidak bisa tersambung ke internet secara keseluruhan.
Krisis alamat protokol internet ini ditanggapi serius pula oleh The Organisation for Economic Co-operation and Development. Organisasi ini mewanta wanti pergantian pola alamat internet yang bisa jadi merupakan masa depan kritis bagi perekonomian internet karena bidang bisnis apapun pasti membutuhkan alamat IP untuk perkembangan bisnis yang bersangkutan. (jri)
sumber: http://okezone.com
Bila hal itu benar terjadi, diramalkan komputer tidak akan bisa lagi saling mengidentifikasi satu sama lain dan saling berkomunikasi.
Cerf yang merupakan ilmuwan terkemuka dari bidang komputer menyatakan, dunia bisnis dan konsumen membutuhkan sesegera mungkin pergantian alamat internet.
Sebagai informasi, setiap komputer dan peranti online didesain dengan masing-masing dipasangkan alamat Internet Protocol (IP) yang unik.
Menurut perkiraan persediaan nomor yang belum teralokasi akan segera habis dalam dua tahun ke depan. Padahal alamat IP merupakan hal yang sangat krusial untuk sebuah situs dan akan berimbas langsung ke dunia bisnis. Bila diandaikan, alamat IP adalah seperti alamat rumah.
Menanggapi kondisi ini, Cerf menegaskan bahwa inilah saatnya untuk mulai bersiap-siap, terutama bagi penyedia layanan internet. Jika tidak, komputer tidak akan bisa dipakai berselancar online lagi dan selanjutnya konektivitas internet akan musnah. Cerf juga menambahkan bahwa tidak akan sempat lagi bila memilih jalan transisi secara pelan-pelan.
“Kondisi ini seperti internet yang akan kehabisan nomor telepon, padahal tanpa nomor telepon baru itu berarti tidak ada lagi pertambahan pelanggan internet,” terang Cerf seperti dilansir Big News Network, Jumat (26/9/2008).
Cerf dan para koleganya menemukan sistem internet pada 1977 dan mereka menempatkan Internet Protocol version Four (Ipv4) dengan kapasitas 4,2 miliar alamat. Masing-masing IPv4 berseri 32 digit angka biner.
Menganut estimasi ketersediaan alamat IPv4 yang tersisa tinggal 14 persen, diprediksikan alamat tersebut akan habis di tahun 2010, dan mungkin juga akan lebih cepat di tahun depan, mengingat berkembangnya teknologi yang berkemampuan online, terutama ponsel mobile.
Untuk menenangkan suasana, beberapa ilmuwan mengklaim sudah mengembangkan sistem baru bertitel IPv6 yang dijanjikan sudah siap digunakan untuk sepuluh tahun ke depan. Tiap IPv6 mengandung 128 bit dan bisa menyediakan bertriliun-triliun alamat yang diyakini bisa memenuhi kebutuhan manusia generasi mendatang terhadap internet.
Kedua sistem protokol tersebut akan berjalan bersamaan dengan jaminan alamat berbasis IPv4 masih bisa digunakan. Namun bila IPv6 tidak diaplikasikan secara luas, maka mereka yang menggunakan IPv6 tidak bisa tersambung ke internet secara keseluruhan.
Krisis alamat protokol internet ini ditanggapi serius pula oleh The Organisation for Economic Co-operation and Development. Organisasi ini mewanta wanti pergantian pola alamat internet yang bisa jadi merupakan masa depan kritis bagi perekonomian internet karena bidang bisnis apapun pasti membutuhkan alamat IP untuk perkembangan bisnis yang bersangkutan. (jri)
sumber: http://okezone.com