Jika selama ini banyak yang beranggapan udara malam dan rokok menjadi momok bagi paru-paru, kini sepertinya kita harus mulai waspada dengan perangkat di sekitar kita, terutama pekerja kantoran yang sering berhubungan dengan mesin printer.
Penelitian terbaru yang dilakukan Queensland University, Australia menyebutkan bahwa toner pada printer laser juga bisa merusak paru-paru dengan kadar sebanding dengan partikel yang dihasilkan rokok, seperti dikutip dari BBC, Rabu (01/08).
Riset yang dilakukan pada sejumlah model dan merek printer ini sebagian besar menunjukkan pencemaran toner (serbuk printer laserjet) pada paru-paru terutama bagi mereka yang sering menggunakan printer ataupun yang berada dalam satu ruangan dengan mesin printer.
Sepertiga dari 60 mesin printer yang diteliti, ditemukan pencemaran partikel dari toner yang bisa masuk ke dalam paru-paru, dan menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan, atau gangguan kronis lainnya.
Penelitian yang dilakukan pada ruangan kantor model open-plan (ruangan tanpa sekat), ini mencatat penyebaran partikel berbahaya yang dipancarkan toner bisa naik sampai lima kali lipat, terlebih jika mesin printer menyala selama terus jam kerja.
Masalah ini makin parah ketika toner baru dipasang atau ketika sedang melakukan print gambar yang memerlukan serbuk toner dalam jumlah banyak.
Dengan bahayanya 'musuh dalam selimut' ini para peneliti menghimbau perbaikan sirkulasi udara pada setiap kantor, dan menaruh printer di tempat yang lebih terbuka.
Penelitian terbaru yang dilakukan Queensland University, Australia menyebutkan bahwa toner pada printer laser juga bisa merusak paru-paru dengan kadar sebanding dengan partikel yang dihasilkan rokok, seperti dikutip dari BBC, Rabu (01/08).
Riset yang dilakukan pada sejumlah model dan merek printer ini sebagian besar menunjukkan pencemaran toner (serbuk printer laserjet) pada paru-paru terutama bagi mereka yang sering menggunakan printer ataupun yang berada dalam satu ruangan dengan mesin printer.
Sepertiga dari 60 mesin printer yang diteliti, ditemukan pencemaran partikel dari toner yang bisa masuk ke dalam paru-paru, dan menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan, atau gangguan kronis lainnya.
Penelitian yang dilakukan pada ruangan kantor model open-plan (ruangan tanpa sekat), ini mencatat penyebaran partikel berbahaya yang dipancarkan toner bisa naik sampai lima kali lipat, terlebih jika mesin printer menyala selama terus jam kerja.
Masalah ini makin parah ketika toner baru dipasang atau ketika sedang melakukan print gambar yang memerlukan serbuk toner dalam jumlah banyak.
Dengan bahayanya 'musuh dalam selimut' ini para peneliti menghimbau perbaikan sirkulasi udara pada setiap kantor, dan menaruh printer di tempat yang lebih terbuka.